oleh

Alasan Mengapa Pemain-pemain Bintang Sepak Bola Susah Pindah Klub

Bursa transfer pemain awal musim 2019/2020 telah usai pada 2 September 2019 lalu. Namun, ada satu pernyataan besar, mengapa pemain bintang seperti Neymar, Gareth Bale dan Paulo Dybala sulit pindah?

Bursa transfer musim panas 2019 menyajikan cerita yang cukup unik. Banyak nama pemain bintang yang masuk dalam daftar jual. Tetapi, banyak pula yang gagal dijual oleh klubnya.

Romelu Lukaku dan Alexis Sanchez sukses pindah ke Inter Milan dari Manchester United. Lalu, ada Eden Hazard yang pindah ke Real Madrid. Antoine Griezmann juga sukses pindah ke Barcelona.

Di luar nama-nama tersebut, ada banyak pemain bintang yang gagal pindah. Sebut saja Gareth Bale, Paulo Dybala, Neymar, James Rodriguez, Christian Eriksen, dan Leroy Sane.

Mantan eksekutif AS Roma, Umberto Gandini, mengatakan ada beberapa pola yang sama dalam kasus gagalnya transfer pemain bintang di musim panas 2019 lalu. Bukan soal kebutuhan tim, tetapi lebih ke arah finansial.

“Sebagian besar pemain yang Anda sebutkan memiliki upah yang sangat tinggi dan kontrak panjang. Mereka berada di luar anggaran, kecuali segelintir klub,” buka Umberto Gandini dikutip dari ESPN.

“Jadi, ini adalah situasi antara penawaran dan permintaan,” sambungnya.

Umberto Gandini juga menyebut besarnya nilai kontrak pemain sepak bola juga bisa menjadi bumerang bagi klub. Di satu sisi, kontrak besar bisa menarik pemain untuk pindah, tetapi klub juga akan sulit jika kelak ingin melepasnya.

Kasus ini terjadi pada Alexis Sanchez. Manchester United bahkan harus rela memberi subsidi kepada Inter Milan untuk pembayaran gaji Sanchez. Mirip dengan Gareth Bale yang juga bergaji tinggi. Akan tetapi, Madrid enggan memberi subsidi ke klub peminat Bale.

Financial Fair Play [FFP], menurut Umberto Gandini, menjadi alasan selanjutnya mengapa pemain bintang sulit pindah. Setiap klub kini tidak bisa sembarangan membeli pemain. Sebab, UEFA akan melakukan audit keuangan klub setiap akhir musim.

Jika ada klub yang pengeluaran untuk membeli pemain melebih ambang batas, maka UEFA akan memberi hukuman. UEFA sudah menerapkan hukuman ini pada beberapa klub berupa larangan aktif di bursa transfer sampai larangan ambil bagian pada kompetisi antarklub Eropa.

“Mungkin di masa lalu Anda menjumpai klub di tingkat bawah memutuskan untuk mengambil risiko, tetapi dengan Financial Fair Play itu tidak akan mungkin terjadi dalam banyak kasus,” kata Umberto Gandini.

Kasus ini terjadi pada transfer Neymar dari PSG ke Barcelona yang batal. Barcelona sulit membeli pemain mahal lain setelah membeli Griezmann dan De Jong. Begitu juga dengan ketidakseriusan Real Madrid dalam membeli Paul Pogba.