oleh

Kemenristekdikti Diminta Untuk Mengawasi Lingkungan Kampus

Kemenristekdikti Diminta Untuk Mengawasi Lingkungan Kampus

Bulatin.com – Anggota Komisi X DPR RI Dadang Rusdiana tidak mengingkari, pemikiran atau memahami radikalisme berada di tiap-tiap universitas serta lingkungan orang-orang. Bahkan juga, di lingkungan keluarga, pemikiran radikalisme itu tentu ada. Namun yang lebih penting yaitu bagaimana supaya intensitas pemikiran radikalisme itu tidak jadi tinggi. Kementerian Penelitian, Tehnologi, serta Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) juga mesti lakukan monitoring serta pelajari pada memahami radikalisme di lingkungan universitas.

“Evaluasi serta monitoring oleh Kemenristekdikti ini dalam konteks melindungi bangsa serta negara ini dari kondisi kekacauan terorisme. Saya sangka lumrah, dimana saja tentu ada beberapa orang yang berfikir radikal. Tapi lalu pasti ini tidak bisa dilewatkan jadi benih-benih pembangkangan pada negara, ” kata Dadang, di sela-sela pertemuan Pimpinan DPR RI serta BAKN dengan BPK RI di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin 4 Juni 2018.

Politisi Partai Hanura itu memberikan, memahami radikalisme itu tumbuh saat hasrat serta harapan politiknya tidak tersampaikan dengan baik, jadi oknum-oknum itu juga akan mencari jalan yang keras, mengintimidasi, bahkan juga lakukan teror. Menurut dia, saat seorang yg tidak menghormati merah putih serta tidak mengaku Pancasila, itu telah jelas lakukan pembangkangan serta mulai keluar benih-benih radikalisme.

“Jika memahami radikalisme itu telah masuk dunia universitas atau kecendekiawanan, itu begitu beresiko. Karna beberapa orang universitas serta cendekiawan itu yaitu matahari orang-orang, yang berarti jadi referensi untuk orang-orang, serta memberi dampak untuk orang-orang. Ini beresiko bila dilewatkan. Mahasiswa mesti lebih bertanggungjawab, karna mereka termasuk juga orang-orang terdidik, ” tandas Dadang.

Namun ia percaya, universitas mempunyai system untuk meminimalkan memahami serta aliran radikalisme di lingkungan universitas. Menurut dia, untuk hadapi golongan intelektual serta cendekiawan bisa dikerjakan dengan pendekatan akademis, menawan serta konstruktif. Wakil rektor bagian kemahasiswaan, dosen atau organisasi intra universitas dapat bertindak dalam lakukan pendekatan-pendekatan pada orang-orang universitas, lewat diskusi yang sehat.

“Dunia universitas, intelektual, serta cendekiawan itu yang diperkembang yaitu diskursus yang konstruktif serta sehat. Saya sangka kita miliki akal sehat dengan, atau satu common sense kalau yang namanya radikalisme itu kesesatan serta penyimpangan dari nalar yang sehat. Memahami radikalisme itu sebenarnya hidup, tapi akan tidak tumbuh subur, saat ditempatkan pada langkah berfikir yang baik, ” analisis Dadang.

Di sisi lain, tentang data Tubuh Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang membuka tujuh Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang terkena terorisme, Dadang menilainya BNPT janganlah sangat buka data itu. Menurut dia, hal tersebut cukup jadi sisi dari kiat BNPT dalam mengawasi gerakan memahami radikalisme di lingkungan universitas. Hal tersebut jangan pernah menyebabkan keresahan serta stigma negatif dari orang-orang pada universitas.

“Artinya monitoring dikerjakan, tapi janganlah sangat reaktif. Kesibukan universitas juga umum saja, tidaklah perlu sangat dimata-matai. Kita mustahil menyingkirkan dengan keseluruhan beberapa orang yang berfikir radikal, tapi kita mesti tetaplah meminimalkan, serta mengunci, supaya tidak jadi tindakan. Karna yang paling beresiko dari pemikiran radikalisme yaitu saat telah jadi tindakan, ” tutup politisi dapil Jawa Barat itu.