Site icon BULATIN

Makna Keraton Surakarta Kubur Kepala Kerbau Di Hutan Krendowahono

Makna Keraton Surakarta Kubur Kepala Kerbau Di Hutan Krendowahono

Makna Keraton Surakarta Kubur Kepala Kerbau Di Hutan Krendowahono

Bulatin.com – Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat menggelar upacara sesaji Mahesa Lawung di hutan Krendowahono, Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, Senin (7/1) siang. Puncak upacara yang dibarengi beberapa ratus abdi dalam tersebut, diikuti dengan sesaji dan penguburan kepala kerbau, beserta ke empat kaki, buntut darah dan kotoran.

Sebelum puncak acara, prosesi dengan diawali doa bersama dengan di pendapa Pagelaran Keraton Kasunanan Surakarta yang di pimpin oleh ulama Keraton. Akan tetapi upacara yang berjalan dengan turun temurun itu tidak didatangi Raja Paku Buwono ke 13,Hangabehi.

Beberapa kerabat yang ada adalah GKR Wandansari Koes Moertiyah atau Gusti Moeng, KPH Satriyo Hadinagoro, KP Eddy Wirabhumi dan yang lain.

Sesudah didoakan, kepala kerbau dan sesaji seperti makanan atau hasil bumi dibawa beberapa abdi dalam dan sentana dalam ke Rimba Krendowahono yang berjarak sekitar 15 km. dari Keraton Surakarta mengarah utara.

“Upacara kebiasaan Mahesa Lawung ini teratur digelar tiap-tiap tahun oleh Keraton Surakarta pada Senin atau Kamis Rabiul Akhir atau hari ke 10 di bulan Sura dalam kalender Jawa,” salah satunya kerabat Keraton Surakarta KPH Satriyo Hadinagoro.

Menurutnya, upacara kebiasaan nan sakral itu ditujukan untuk buang kebodohan atau sifat-sifat jelek yang ada di diri manusia yang disimbulkan dalam diri hewan kerbau. Hingga upacara kebiasaan Mahesa Lawung dikerjakan lewat cara mengubur kepala kerbau di Rimba Krendowahono.

Satriyo menuturkan, kerbau dilukiskan menjadi hewan yang bodoh. Kebodohan tersebut tergambarkan pada kepalanya, sehingga kepala kerbau mesti dikubur, supaya hilang kebodohan,” tuturnya.

Satriyo memberikan, upacara tersebut sebagai bentuk Keraton Surakarta dalam melestarikan warisan peninggalan beberapa leluhur atau pendahulu. Menurut Satriyo, bila upacara itu tidak digelar jadi akan menyalahi hukum kebiasaan keraton.

“Keraton itu mesti berpedoman paugeran (ketentuan) dan tata langkah itu mesti dikerjakan. Sebab kita telah tidak kembali merupakan satu negari yang miliki teritorial,” tuturnya.

Dipilihnya Rimba Krendowahono menjadi tempat menanam kepala kerbau, menurut Satriyo, karena Keraton Surakarta ada di dalam empat unsur (pancer). Dimana samping utara keraton Rimba Krendowahono, samping timur Gunung Lawu, samping selatan Laut Selatan dan samping barat Gunung Merapi.

Exit mobile version