oleh

Pemkab Simalungun Sebut Tak Bisa Bayar Kuliah Mahasiswa Mualaf IPB

Pemkab Simalungun Sebut Tak Bisa Bayar Kuliah Mahasiswa Mualaf IPB

Bulatin.com – Tunggakan Uang Kuliah Tunggal punya Arnita Rodelina Turnip di Institut Pertanian Bogor sejumlah Rp66 juta terancam tidak dibayarkan oleh Pemerintah Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Karena, alasannya tidak ada biaya untuk membayar UKT itu.

” Yang Rp66 juta itu, pihak IPB mohon mesti dibayarkan. Ya kita dari bagian biaya tidak dapat bayarkan. Membayar apakah judulnya? Tahun biaya juga selesai, ” kata Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Simalungun, Gideon Purba pada wartawan di Medan, Rabu sore, 1 Agustus 2018.

UKT tertunggak sebesar Rp66 juta, saat 6 semester terhitung. Dimana Arnita hanya terima program Beasiswa Utusan Daerah Pemkab Simalungun di IPB baru semester pertama. Semester 2 sampai 7, Dinas Pendidikan Simalungun hentikan BUD, yang beritanya karena Arnita geser agama dari Kristen ke Islam.

” Itu pihak lain nya itu. Kita tidak sempat membeda-bedakan agama. Bupati itu Kristen lho, tetapi ibu yang melahirkan dia itu hajah, abang kandungnya haji, tidak mungkin saja ada rumor sara kita, ” tutur Gideon.

Tiap-tiap semesternya Arnita seharus terima Rp20 Juta lewat BUD Pemkab Simalungun dengan rincian Rp11 juta untuk biaya kuliah serta Rp9 Juta untuk biaya hidup saat satu semester.

” Intinya kalaupun dari bujet yang ada tidak bisa. Terkecuali kalaupun mulai tahun ini akan kami bayarkan, ” kata Godien.

Gideon menuturkan penghentian BUD punya Arnita, karena menghilang saat satu tahun . Akan tetapi, pengakuan itu berbanding terbalik dengan kenyataan di lapangan.

Semenjak BUD di non-aktifkan, Lisnawati tetap bekerjasama secara langsung mendatangi kantor Disdik Simalungun. Tetapi, tidak ada keterangan berkaitan itu.

Lalu, jika Arnita menghilang saat satu tahun , telah tentunya pihak IPB secara langsung keluarkan Arnita dari Universitas atau Drof Out. Akan tetapi, IPB mengatakan Arnita berstatus mahasiswi non-aktif.

” Anaknya memang tidak kuliah, hilang. Jadi dia kan mahasiswa BUD, kita itu kan kita pool-kan pada sebuah asrama, jadi hilang dia hampir setahun . Automatis kami tidak bayar. Jadi kok disebut dikarenakan itu (SARA). Dikarenakan hilang. Permasalahan dia ke mana, kita tidak tahu. Yang selanjutnya dia hilang karena geser agama, itu kan tidak masalah kita, ” kata Gedion.