oleh

Seorang Profesor di China Ditangkap Secara Misterius

Bulatin.com Simpati terus berdatangan kepada seorang cendekiawan China, yang ditangkap ketika sedang melakukan wawancara langsung dengan stasiun televisi VOA belum lama ini. Insiden tersebut menuai kecaman luas publik, sekaligus meningkatkan kekhawatiran bahwa pemerintah Negeri Tirai bambu semakin bertindak keras terhadap pembangkang.

Profesor Sun Wenguang, cendekiawan yang ditangkap tersebut, adalah seorang pensiunan dosen Shandong University yang kritis terhadap catatan hak asasi manusia di China.

Saat ini, sebagaimana dikutip dari VOA Indonesia pada Minggu (5/8/2018), Profesor Sun berada dalam tahanan militer di Jinan, China timur.

Ia dibawa pergi ketika sedang melakukan wawancara melalui sambungan telepon pada Rabu, 1 Agustus 2018.

Pihak berwenang China tidak memberi alasan atas penahanannya tersebut, meski VOA dan kantor berita internasional lainnya berusaha mendesak. Hingga berita ini diturunkan, Departemen Penerangan pada Kementerian Luar Negeri China belum memberikan komentar apapun.

Hari Jumat, wartawan VOA di China mengunjungi rumah Sun di sebuah gedung apartemen di Beijing, dan berbicara dengan tetangganya. Mereka mengatakan, sudah lama petugas keamanan mengintai apartemen tersebut dan mengawasi gerak-gerik sang cendekiawan.

Tidak ada yang tahu mengapa Profesor Sun harus diawasi seperti itu.

Sementara itu, seorang buron koruptor kelas kakap asal China berhasil ditangkap di Swedia pada 25 Juni, dan kini masih ditahan di negara itu, menunggu kelengkapan berkas dsn saksi hukum dari pemerintah China.

Lembaga penyiaran pemerintah, SVT melaporkan bahwa tersangka adalah pria berusia 54 tahun yang disebut “salah satu paling dicari oleh Beijing”.

SVT mengatakan pria itu, yang merupakan kepala perusahaan perdagangan sereal dan beras negara, melarikan diri dari China pada 2011 ketika polisi menemukan fakta bahwa ia diduga mentransfer sejumlah besar uang ke bank-bank di luar negeri.

Karin Rosander, petugas pers di Otoritas Penuntutan Swedia, mengatakan kepada kantor berita AFPbahwa Beijing “telah meminta ekstradisi” ke China untuk mengadilinya di sana.

Rosander, yang menolak untuk mengungkapkan identitas pria itu, mengatakan pihak berwenang Swedia sedang memeriksa “apakah ada alasan yang sah untuk mengekstradisi dia ke China”.

Dia dituduh telah menggelapkan hampir 10 juta euro (setara Rp 167 miliar) dari perusahaan miliknya, yang juga diduga memanipulasi pajak.