oleh

Yerusalem sebagai ibu kota Israel, 128 Negara kalahkan Donald Trump

Yerusalem sebagai ibu kota Israel, 128 Negara kalahkan Donald Trump

Bulatin.com – Majelis Umum PBB mengelar sidang darurat terkaitnya keputusan Donald Trump  yang mengakui Yerusalem sebagai Ibu kota Israel pada Kamis 21 Desember 2017.

Dari 193 negara anggota PBB, Sebanyak 128 begara menolak keputusan Amerika Serikat terkaitnya pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Sementara itu, 9 negara setuju dan 35 lainnya memilih absen.

Sebelumnya, resolusi penolakan Yerusalem ibu kota Palestina telah divento oleh Amerika Serikat dalam sidang Dewan Keamanan PBB yang Beranggotakan 15 Negara Senin lali. Skor saat itu 1 melawan 14. AS tidak dapat memvento resolusi majelis umum.

Dalam pidatonya jelang pemungutan suara Majelis Umum PBB, Duta Besar AS untuk PBB, Nikki Haley menekankan bahwa Amerika Serikat adalah sattu-satunya kontributor terbesar untuk PBB dan badan-badan di bawahnya. Sebagai balasan, Ia meminta dukungan.

“Keputusan tersebut sesuai dengan UU AS yang dikeluarkan pada 1995,” kata dia seperti dikutip dari Independent.

Ia bersikukuh, keputusan AS yang mengklaim Yerusalem sebagai ibu kota Israel, tak akan merusak upaya perdamaian. “Amerika Serikat akan mengingat hari, saat diasingkan di PBB karena memperjuangkan kedaulatannya.”

Haley menambahkan, AS akan menempatkan kedutaannya di Yerusalem. “Pemungutan suara ini akan menentukan bagaimana Amerika memandang PBB, dan bagaimana kami memandang negara-negara yang tidak menghormati AS di PBB.”

Di sisi lain, Menteri Luar Negeri Palestina, Riyad al-Maliki menegaskan, negara-negara anggota PBB tak sedang memusuhi AS.

“Kita bertemu hari ini bukan untuk memusuhi Amerika Serikat, namun karena sebuah keputusan yang dianggap sebagai agresi,’ kata dia.

Ia menambahkan, keputusan tersebut tidak akan memengaruhi status Yerusalem.

Sebaliknya, klaim AS bahwa Yerusalem ibu kota Israel, memengaruhi status Amerika Serikat sebagai mediator perdamaian.

“Sejarah akan mencatat nama. Mengabadikan nama-nama mereka yang memilih untuk sebuah hal yang benar.”

Ancaman-Ancaman yang diberikan Donald Trump :

Sebelumnya, Donald Trump mengeluarkan ultimatum: barang siapa bernyali menjegal keputusannya, untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, akan mendapatkan murka Sang Presiden Amerika Serikat.

“Biarkan mereka memilih untuk melawan. Kita justru akan banyak menghemat. Jangan pedulikan,” kata Trump dalam rapat kabinet terakhir yang digelar pada tahun 2017, seperti dikutip dari BBC.

Ia mengancam akan menarik bantuan senilai miliaran dolar untuk negara-negara yang menentang keputusannya. Total ada 193 negara yang ikut dalam pemungutan suara.

Sebelumnya, Duta Besar AS untuk PBB, Nikki Haley berkoar bahwa ia akan “mencatat” negara-negara mana saja yang mendukung lahirnya resolusi tersebut. Kata-kata itu diungkapkannya setelah menderita kekalahan telak.

AS memveto rancangan resolusi soal Yerusalem di Dewan Keamanan PBB. Dari 15 total anggota DK PBB, hanya Amerika satu-satunya negara yang bersikukuh mempertahankan klaim Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Skor akhir 1 melawan 14.

Sejumlah negara anggota Dewan Keamanan PBB seperti Rusia, China, dan Prancis menolak kebijakan AS. Pun dengan dua sekutu dekat Washington DC, Jepang dan Inggris.

Rancangan resolusi terbaru di Majelis Umum PBB nantinya sangat mirip dengan yang digagas di forum DK PBB. Yang berbeda hanya, di Majelis Umum PBB, penggunaan hak veto tidak berlaku.