Artis Zaskia Adya Mecca mengkritik cara orang membangunkan sahur menggunakan Toa masjid yang dia nilai kurang baik. Seharusnya menurut dia, membangunkan sahur lewat Toa masjid bisa disampaikan dengan penyampaian yang lebih baik. Majelis Ulama Indonesia (MUI) pun menanggapi polemik ini.
Dalam video yang diunggah di Instagram seperti dilihat Jumat (23/4/2021), Zaskia Adya Mecca bertanya-tanya model membangunkan sahur dengan berteriak ‘sahurrrya’ memakai Toa masjid. Dia bingung kalau cara itu disebut tengah jadi hits alias tren.
“Cuma mau nanya ini bangunin model gini lagi HITS katanya?! Trus etis ga si pake toa masjid bangunin model gini?? Apalagi kita tinggal di Indonesia yang agamanya pun beragam. Apa iya dengan begini jadi tidak mengganggu yang lain tidak menjalankan Shaur?!” tulis Zaskia Adya Mecca.
Adapun cara membangunkan sahur dalam video Zaskia Adya Mecca yakni orang tersebut mulanya menyapa warga sekitar. Selanjutnya dia mengajak warga sahur. Ada kalimat ‘sahurrrya’ yang diucapkan.
“Bapak-bapak, Ibu-ibu, Adik-adik warga RT 04 RW 09 dan sekitarnya, yang menjalankan ibadah puasa. Waktunya sahurrrrya, sahurrrya, sahurrrrrya! Sahur, sahur, sahur, sahur, sahur! Sahur, sahur, sahur, sahur, sahur, sahur! Bangun, bangun, bangun!” demikian bunyi dalam video Zaskia Adya Mecca.
Wakil Sekretaris Jenderal MUI Muhammad Ziyad pun buka suara soal polemik ini. Ziyad mulanya menceritakan soal makna bulan Ramadhan, bulan dengan segala kebaikan di dalamnya. Salah satu yang ditunggu-tunggu adalah momen sahur di mana warga bersukacita menyambut ibadah puasa.Ziyad menyebut cara membangunkan sahur beraneka macam. Di kampung halamannya ketika dia berusia remaja, masjid tempat tinggal Ziyad menyapa warga dengan salam sebelum mengajak sahur.
“‘Bapak dan Ibu dihaturi dihaturkan, mangga untuk bangun sahur menyiapkan makanan, hidangan, mari kita bersemangat untuk sahur’. Nah itu beberapa kali saja disampaikan. Dan kata-katanya memang banyak mengandung nilai edukatif bagi masyarakat,” jelas Ziyad saat dihubungi detikcom.
Cara membangunkan sahur seperti yang disampaikan Ziyad dilanjutkan dengan pemutaran nasyid hingga tilawah Al-Qur’an. Soal video Zaskia Adya Mecca, Ziyad mengungkit kembali pesan Ketua Dewan Masjid Indonesia Jusuf Kalla.
“Apa yang ada dalam video itu saya kira ini juga menjadi, yang dulu pernah disampaikan Pak Jusuf Kalla dan yang lain-lainnya, misalkan, perlu juga di kompleks-kompleks, di tempat-tempat yang mungkin tingkat keragaman masyarakatnya itu plural, maka itu perlu jika diawali dengan komunikasi dengan silaturahmi sebelumnya supaya menghindari adanya protes yang semacam itu seperti yang disampaikan oleh Mbak Zaskia itu,” katanya.’
Meski demikian, Ziyad berharap ada masyarakat paham bahwa sahur ini sebulan sekali dalam satu tahun. Harus ada kerelaan bersama dan saling menghargai. Jika pun menggunakan Toa masjid, dia berharap volume Toa dikecilkan karena bisa jadi ada masyarakat di sekitar yang beragama selain Islam ataupun ada yang sakit.
“Pendek kata, konteksnya adalah perlu komunikasi awal, perlu kebersamaan, perlu semangat untuk saling menerima dan menghargai. Mungkin ya beberapa saatlah mungkin bising dan seterusnya tapi kita harus pahamkan bersama,” ucap Ziyad.
Yang paling penting saat membangunkan sahur, kata Ziyad, adalah penyampaian kalimat yang mengandung nilai edukatif. Menurutnya, inilah yang saat ini bergeser.
“Misalkan nggak perlu dengan suara teriak-teriak dan seterusnya karena ini juga bulan yang dirahmati, maka ini juga harus membawa rahmat bagi semuanya,” ujar dia. Ziyad juga menyarankan membangunkan sahur dengan ajakan sahur di awal dilanjutkan lantunan Al-Qur’an.
Lebih jauh Ziyad menyebut hal-hal yang kurang baik memang harus diluruskan. Di sisi lain, Ziyad berharap hal-hal seperti ini tidak diunggah ke media sosial, cukup dengan silaturahmi.
“Saya kira itu. Jadi kalau ada yang kurang-kurang, saya kira tugas kita semua untuk meluruskannya. Mbak Zaskia tadi bisa menyampaikan, meluruskan kepada masjid setempat. Termasuk juga saya setuju kalau ada keluhan-keluhan semacam ini tidak perlu di-publish di medsos. Nanti justru akan mengganggu suasana. Karena kita juga paham mungkin di tempat yang lain ada agama A minoritas, agama B mayoritas juga mengalami hal yang sama ketika ada event-event hari keagamaan,” kata Ziyad.
Ziyad mengatakan titik kekuatan bangsa ini adalah saling menghargai, saling menghormati, dan saling tenggang perasaan. Majelis Ulama Indonesia, kata Ziyad, sebagaimana tausiah Ramadhan-nya, mengajak memperbanyak doa agar Allah SWT segera mengangkat pandemi COVID-19. MUI juga mengajak menumbuhkan sikap solidaritas, saling menghargai, saling bertoleransi dan menumbuhkan etos semangat berbagi.