Meski Bermanfaat Ternyata Konsumsi Kayu Manis Punya Batas Aman
Bulatin.com – Kayu manis sering dijadikan penambah rasa atau penambah aroma pada makanan dan minuman. Namun, ada juga yang memanfaatkannya sebagai terapi untuk menyembuhkan berbagai penyakit dan diet untuk melangsingkan tubuh.
Namun, meski berkhasiat, mengonsumsi kayu manis juga harus hati-hati. Bahkan ada batas aman untuk mengonsumsi kayu manis sebagai bagian dari terapi.
“Di dalam kayu manis ada kompnonen yang mengandung anti inflamasi. Dengan kandungan anti inflamasi ini, kalau flu dan pilek bisa reda,” katanya.
Kayu manis yang dikonsumsi, biasanya sudah dibuat dalam bentuk bubuk untuk campuran bahan makanan atau minuman. Namun dr Marya pun mengingatkan, konsumsi kayu manis yang dianjurkan hanya 1-2 gram.
Perlu diketahui pula, kayu manis di pasaran ada dua jenis, ada yang merupakan kayu manis cinnamon ada juga yang aromanya mirip kayu manis tapi namanya lebih dikenal dengan kasia.
“Yang banyak beredar jenis kasia, aromanya, bentuknya, mirip sekali dengan kayu manis. Konsumsi kasia perlu sedikit hati-hati,” ujarnya lagi.
Saat membeli kayu manis jenis kasia, juga harus ada pembandingnya, pilihlah kayu manis dengan warna yang lebih terang.
Dan perlu diingat pula, kayu manis jenis kasia tidak boleh dikonsumsi rutin dalam jumlah lebih dari 2 gram atau lebih dari satu sendok teh. Jika hanya digunakan sebagai penambah aroma saja dan dikonsumsi dalam batas wajar, kayu manis masih aman dan tidak memiliki efek samping. Namun bagi yang menggunakan kayu manis sebagai bagian dari terapi yang dikonsumsi setiap hari, ini bisa berdampak bahaya.
“Untuk aroma saja aman, tapi kalau lebih dari 2 gram dan digunakan untuk terapi setiap hari, bisa berefek ke liver.
Tak hanya itu, bagi yang sensitif dengan aroma kayu manis, bahan penambah aroma ini juga bisa sebabkan alergi. Sebab, ada komponen aktif dari kayu manis jenis cinnamon khususnya, yang diperkirakan mempunyai efek terhadap alergi.
“Bisa kalau kena kulit bikin alergi, dihirup juga bisa sebabkan alergi pada orang yang sensitif. Dan kalau penggunaannya rutin untuk terapi penyakit tertentu, harus hati-hati.”