oleh

Aksi Teror Surabaya Menjadi Evaluasi Polisi Untuk Mengamankan Natal

Aksi Teror Surabaya Menjadi Evaluasi Polisi Untuk Mengamankan Natal

Bulatin.com Insiden bom di tiga gereja beda lokasi dan Markas Polres Kota Besar di Surabaya, Jawa Timur,
pada 13-14 Mei 2018 lantas menjadi pelajaran buat Kepolisian Daerah Jawa Timur untuk
pengamanan libur Natal dan Tahun Baru tahun ini. Semua persiapan untuk mengantisipasi
peristiwa serupa dan kelancaran dua momen tahunan itu dilakukan dengan baik.

“Dengan pengalaman-pengalaman yang lalu (insiden Bom Surabaya), terus jelas kita
melipatgandakan kemampuan berkaitan kesiapan pengamanan ini (Natal serta Tahun Baru),” kata
Wakil Kepala Polda Jawa Timur, Brigadir Jenderal Polisi Toni Harmanto, usai Apel Gelar Pasukan
Operasi Lilin Apel yang di pimpin Pangdam V/Brawijaya, Mayjen TNI Arif Rahman, di Lapangan
Markas Polda Jatim, Surabaya, pada Jumat, 21 Desember 2018.

Toni menuturkan lebih dari 18 ribu personel gabungan Kepolisian, Tentara Nasional Indonesia,
Unit Polisi Pamong Praja dan perlindungan Masyarakat, serta petugas Dinas Perhubungan,
disiapkan untuk pengamanan Natal dan Tahun Baru di semua Jatim. “Pada prinsipnya kita siap
mengamankan Natal dan tahun baru,” papar Mantan Wakil Direktur Tindak Pidana Umum Bareskrim
Mabes Polri itu.

Ada beberapa tempat yang jadi atensi, yaitu lokasi yang berpotensi terjadi kejahatan seperti
pencurian dengan kekerasan (curas), pencurian dengan pemberatan (curat) dan pencurian
kendaraan bermotor. “Kemudian di sentra-sentra kegiatan masyarakat, khususnya di tempat-tempat
peribadatan yang akan berlangsung,” tuturnya.

Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Jatim, Komisaris Besar Polisi Frans Barung Mangera,
mengatakan jika Polri tentu saja tidak akan pandang remeh potensi ancaman gangguan keamanan
waktu perayaan Natal dan Tahun Baru, termasuk ancaman aksi teror. Segala kekuatan disiapkan
untuk mengantisipasi secara dini.

Pengamanan ketat mode terbuka-tertutup akan dilakukan di gereja-gereja tempat peribadatan
waktu Natal nanti. “Polri dan Polda Jatim tentunya tidak akan underestimate dalam melihat
peristiwa ini (insiden bom Surabaya). Tetap kita belajar dari suatu pengalaman, dan apa yang
terjadi jadi sesuatu yang perlu dipahami bersama jika Kepolisian tetap lihat situasional lebih
penting. Pengamanan terbuka-tertutup tentu kita lakukan,” tutur Barung.

Seperti diketahui, insiden bom bunuh diri terjadi secara bersamaan di tiga gereja berbeda di
Kota Surabaya, Jawa Timur, pada 13 Mei 2018 kemarin. Esoknya, 14 Mei 2018, giliran pintu masuk
Markas Polrestabes Surabaya yang jadi tujuan pelaku bom bunuh diri dari kelompok radikal-
ekstrem. Peristiwa itu memakan lebih dari satu nyawa, kebanyakan dari pihak pelaku bom bunuh
diri.