KIM Kardashian West, Katy Perry, dan Leonardo DiCaprio adalah di antara selebritas yang mengambil bagian dalam “pembekuan” Instagram 24 jam. Hal ini diperuntukkan untuk memprotes kegagalan Facebook corporation sebagai perusahaann induk untuk menangani konten kekerasan dan kebencian serta misinformasi pemilu.
Melansir trtworld.com pada Jum’at (18/9), deretan nama-nama artis tekenal tersebut memberikan dukungan pada kampanye terbaru gerakan “#StopHateforProfit”. Gerakan tersebut meminta orang-orang untuk memasang pesan yang menyoroti apa yang mereka sebut sebagai kerusakan yang dilakukan Facebook, tetapi menahan diri untuk tidak memposting di Instagram selama sehari.
“Saya tidak bisa duduk diam sementara platform ini terus memungkinkan penyebaran kebencian, propaganda dan informasi yang salah, yang diciptakan oleh kelompok-kelompok untuk menyebarkan perpecahan dan memisahkan Amerika, hanya untuk mengambil langkah setelah orang-orang terbunuh,” tulis Kardashian West di akun Instagram-nya pada Selasa (15/09).
Dengan 188 juta pengikut, Kardashian West adalah salah satu orang paling berpengaruh di Instagram. Dukungan darinya dan beberapa nama besar lainnya dalam pemboikotan ini membuat saham Facebook merosot dalam perdagangan aftermarket Selasa malam. Mereka turun 1,3 persen menjelang pembukaan pasar pada Rabu (16/09). Penyelenggara di balik tagar “#StopHateforProfit”, termasuk kelompok hak sipil seperti Anti-Defamation League, NAACP dan Color Of Change, sebelumnya memimpin kampanye yang membuat ratusan perusahaan dan grup bergabung dalam boikot iklan Facebook pada bulan Juli. Ashton Kutcher, Mark Ruffalo, Kerry Washington, Rosario Dawson, Jamie Foxx dan Sacha Baron Cohen termasuk di antara setidaknya dua lusin bintang Hollywood lainnya yang mendukung kampanye tersebut, kata penyelenggara.
Namun sangat disayangkam Facebook menolak berkomentar apapun. Alih-alih malah menampilkan pengumuman baru-baru tentang pembatasan platform kelompok yang mendukung kekerasan dan upayanya untuk melindungi pemilihan AS pada November. Pemilu mendatang Facebook mendapat tekanan berat dari para aktivis, pemerintah, dan perusahaan yang mengiklankan platformnya untuk tindakan lebih keras dalam mempromosikan diskriminasi, kebencian, atau kekerasan. Perusahaan telah menunjukkan upayanya untuk menghapus akun yang terkait dengan kelompok ekstremis dan gerakannya untuk melawan informasi yang salah menjelang pemilihan presiden AS 3 November.