oleh

Haka Kampanyekan Perlindungan Kawasan Ekosistem Leuser

Haka Kampanyekan Perlindungan Kawasan Ekosistem Leuser

Bulatin.com Yayasan Rimba Alam dan Lingkungan Aceh (HAkA) kampanye perlindungan Lokasi Ekosistem Leuser (KEL) di Car Free Day (CFD) yang digelar sehari-hari minggu di Jalan T Moh Daud Beureueh, Banda Aceh.

CFD jadi tempat bergabung beberapa orang tiap-tiap akhir minggu, baik olahraga ataupun sekedar hanya berjalan-jalan bersama dengan keluarga. Peluang itulah dipergunakan untuk menyosialisasikan pada masyarakat utamanya lakukan perlindungan lokasi Leuser.

“Utamanya Lokasi Ekosistem Leuser dalam menyediakan manfaat lingkungannya untuk kelangsungan hidup sekitar 4 juta masyarakat Aceh di sekitar KEL,” kata Ketua Yayasan HAkA, Farwiza Farhan di Banda Aceh, Minggu (16/12).

KEL merupakan lokasi strategis nasional karena manfaat lingkungannya. Seperti menyediakan air, hawa bersih dan mitigasi musibah, erosi, penanggulangan hama, penyerapan karbon (pergantian iklim) dan rumah buat fauna dan flora yang beranekaragam.

Ada 8500 spesies tumbuhan, 105 spesies mamalia dan 382 spesies burung ada di KEL Aceh. Ikut jadi tempat paling akhir di bumi di mana badak, orangutan, gajah dan harimau sumatera hidup bersama dengan di alam bebas dan jadi 4 satwa kunci yang berada di KEL mesti dijaga dari kepunahan.

Bahkan juga 70 % Harimau Sumatera ada di hutan Aceh, terutamanya KEL. Cuma 30 % ada di hutan luar Aceh. Oleh karena itu utamanya keterkaitan semua pihak untuk lakukan perlindungan KEL dari kerusakan.

“Tempat ini merupakan keinginan paling akhir kita untuk melestarikan satwa-satwa tersebut. Bila KEL selalu dihancurkan dengan pembukaan tempat untuk perkebunan, pembangunan industri dan pembukaan jalan, jadi begitu kemungkinan besar mereka akan punah,” tutur Farwiza.

Berdasar pada data HAkA, luas lokasi Leuser sekitar 2,6 juta hektar di Aceh dan Sumatera Utara. Luas yang masuk di Aceh sampai 2,25 juta hektar di 13 kabupaten/kota dan bekasnya 384.000 hektar di Sumatera Utara.

Laju kerusakan hutan di lokasi Leuser untuk periode Januari sampai Juni 2018 sebesar 3.290 hektar. Angka ini relatif alami penurunan dibanding dengan periode yang sama pada tahun awal mulanya yaitu 3.780 ha. Akan tetapi bertambah dikit dibanding periode Juli – Desember 2017 cuma 3.095 hektar.

Tiga besar kabupaten dengan tingkat kerusakan hutan paling besar adalah Nagan Raya (627 ha), disusul Aceh Timur (559 ha) dan Gayo Lues (507 ha). Sejumlah besar deforestasi di Nagan Raya berlangsung di Lokasi Gambut Rawa Tripa yang dahulu diketahui menjadi Ibukota Orangutan dunia. Sebab populasi Orangutan Sumatera yang tinggi, kini tutupan hutan di lokasi itu selalu alami penurunan karena ramainya perambahan.

“Kami sadar tidak banyak masyarakat, terutamanya Banda Aceh, yang tahu apakah itu KEL, sehingga kami terdorong untuk mengenalkan bentang alam yang mengagumkan ini ke masyarakat luas,” kata Farwiza.

Penduduk Aceh telah beratus-ratus tahun hidup berdampingan menggantungkan hidupnya pada Lokasi Ekosistem Leuser. Nenek moyang dahulu hidup karena air dan hawa yang disediakan oleh Leuser. Mereka ikut melestarikan Leuser supaya anak cucunya dapat meneruskan hidup dengan sejahtera dan sehat.

“Saat ini adalah giliran kita untuk mengawasi Leuser, untuk anak cucu kita yang akan datang,” pinta Farwiza.