oleh

Hermawan Kertajaya Acungkan Jempol Ke Kemenpar

Hermawan Kertajaya Acungkan Jempol Ke Kemenpar

Bulatin.com Usaha keras Kementerian Pariwisata membawa hasil. Tidak cuma sukses mengangkat kunjungan wisatawan, tapi ikut berhasil mencapai banyak penghargaan. Salah satunya penghargaan yang berhasil dicapai adalah The Best Ministry Of Tourism. Atau, Best National Tourism Organization (NTO) di arena TTG Travel Awards 2018.

Penghargaan itu menyatakan jika Indonesia mempunyai pariwisata berkualitas dunia. Ini perkembangan yang mengagumkan. Lebih, saat 9 tahun paling akhir cuma 6 negara di Asia yang terima award tersebut. Tidak hanya Indonesia, penghargaan sama ikut dicapai Korea, Jepang, Macau, Filipina, dan Thailand. Bahkan juga, Malaysia dan Vietnam tidak pernah memperolehnya.

Pakar marketing senior Hermawan Kertajaya mengatakan, perolehan tersebut begitu mengagumkan. Lebih, skema penilaian bukan berdasar pada ketetapan editor. Tapi melalui voting dari pembaca. Berarti, pernyataan The Best Ministry Of Tourism betul-betul netral.

“Belumlah ada Menteri Pariwisata Indonesia yang berhasil membuat pembaca peserta voting yakin dan pilih Indonesia. Dalam kata lainnya, semua lihat kerja hasil riil Menteri Pariwisata yang sudah mengangkat pariwisata Indonesia,” tutur Hermawan yang ikut Founder & Chairman MarkPlus, Inc.

Menurut dia, pariwisata Indonesia alami perkembangan yang berarti. Tempat Indonesia di Travel and Tourism Competitive Index (TTCI), World Economic Komunitas (WEF) melejit 8 level ke rangking 42.

Bila memperbandingkan jumlahnya kunjungan wisman, jelas sekali jika perkembangan pariwisata Indonesia meluncur mengarah yang lebih positif. Untuk periode Januari-September 2017, jumlahnya wisman ke Indonesia sekitar 10,46 juta. Sesaat di periode yang sama tahun 2018, angkanya jadi 11,93 juta.

Popularitas brand Wonderful Indonesia juga melonjak dari status tidak terdaftar jadi rangking 47 dunia. Menaklukkan Truly Asia (Malaysia) dan Amazing (Thailand), yang semasing ada di tempat 83 dan 97 dunia.

“Beberapa penghargaan internasional yang di terima Kemenpar adalah bukti kemampuan Arief Yahya menjadi marketing dan sekaligus juga doctor strategic marketing. Semua komponen pariwisata Indonesia dibawa konsentrasi memastikan langkah untuk memenangi pertempuran tingkat dunia,” katanya.

Disadari Hermawan, beberapa penghargaan yang didapat saat ini bisa mengangkat level 3C. Yaitu confidence atau perasaan yakin diri internal, credible atau makin diakui orang external, dan calibration dalam mendekatkan pada standard global. Dampaknya, daya saing pariwisata Indonesia makin lebih baik.

“Menjadi CEO, Pak Arief Yahya tidak cuma pakar dalam lakukan ide. Dia juga oke di implementasi. Pariwisata Indonesia kini masuk masa keemasan. Keyakinan dunia telah tidak terbantahkan,” pungkasnya.

Indonesia sendiri jadi Top-20 Fastest Growing Tourism Industry in the World. Kunjungan wisman ke Indonesia tumbuh 22 %, atau 3 kali lipat di banding rata-rata perkembangan dunia (6 %), dan regional Asia Tenggara (7 %).

Tujuan kunjungan wisman ikut selalu ditingkatkan. Bila tahun ini cuma dibanderol sekitar 17 juta wisman, jadi tahun 2019 yang akan datang bertambah jadi 20 juta wisman. Ini sudah pasti diperhitungkan jika Wonderful Indonesia dapat mengundang perhatian dunia.

Mencuplik pernyataan pakar taktik perang asal China, Sun Tzu, kemenangan itu direncanakan. Karena, pemenang itu memenangi peperangan sebelum berperang. Sedangkan pecundang baru merencanakan kemenangan saat masuk dalam peperangan.

Dengan semua hasil yang diraih saat ini, masyarakat jadi tahu bagaimana kapasitas Kementerian Pariwisata dibawah kegigihan Menpar Arief Yahya. Di dalam hempasan musibah yang hadir terus-menerus, pariwisata Indonesia masih bertumbuh dengan angka yang berarti.

“Tidak dapat disangkal, Arief memang pintar. Dia dapat mengaplikasikan taktik promo dan cepat merecovery dengan banjir travel advice ke Indonesia. Musibah gempa bumi di Lombok dan erupsi Gunung Agung di Bali sekian waktu lalu, kenyataannya dapat dilalui dengan mulus,” puji Hermawan.

Di lain sisi, Menpar cukuplah cool dalam mengakhiri tiap-tiap masalah pelik yang melilit bidang pariwisata. Selalu menggunakan benchmark dan global standar. Bahkan juga, tiap-tiap temukan permasalahan baru, umumnya malah keluar teori baru.