Bek Lazio, Francesco Acerbi, berterima kasih kepada penyakit kanker yang pernah dideritanya beberapa waktu lalu. Jika bukan karena itu, ia mungkin masih terjebak dalam jalan yang salah.
Kisahnya dengan kanker dimulai pada musim panas tahun 2013 lalu, di mana ia divonis mengalami tumor di bagian testisnya. Dengan segera, ia langsung menjalani proses operasi untuk menghilangkan tumornya itu.
Proses operasi sukses, dan Acerbi bisa berlatih bersama rekan-rekan setimnya yang baru di Sassuolo. Ia tampil sebanyak 13 kali di ajang Serie A sampai masalah utamanya muncul pada bulan Desember 2013. Saat itu, diketahui bahwa tumornya muncul di tempat yang sama.
Hasil pemeriksaan menyatakan bahwa Acerbi ternyata mengalami kanker testis dan harus menjalani proses kemoterapi. Pada bulan Maret, Acerbi dinyatakan telah sembuh dan siap merumput kembali.
Acerbi masih mengingat jelas masa-masa itu. Namun jika berkata bahwa kanker merupakan titik terendahnya, anggapan itu sudah pasti salah. Malah sebaliknya, kanker membuatnya menjadi orang yang berbeda.
Kematian sang ayah membuatnya sangat terpuruk. Saat itu, ia coba melampiaskan kegelisahannya ke minuman keras sampai melewati batas wajar. Acerbi nyaris terpuruk andai kanker tidak menghampiri dirinya pada waktu itu.
“Setelah ayah saya meninggal, saat saya bermain untuk Milan, hidup saya mencapai titik terendah. Saya seperti lupa cara bermain, atau mengapa saya bermain,” ujar Acerbi kepada La Reppublica.
“Saya mulai minum minuman keras dan, percayalah, saya meminum semuanya. Itu mungkin terlihat seperti paradoks yang buruk, namun kanker menyelamatkan saya. Saya jadi punya sesuatu yang baru untuk dihadapi, batasan yang harus dilampaui,” lanjutnya.
“Rasanya saya seperti memulai hidup kembali dan melihat dunia dengan cara yang benar-benar pernah saya lupakan,”.
Kanker telah membuat Acerbi menjadi lebih baik sebagai seorang manusia. Semenjak saat itu, ia bisa berpikir lebih jernih dan bisa mengatur kehidupannya dengan baik.
“Saya menghilangkan sesuatu yang berlebihan, yang negatif, dan juga ilusi. Saya mulai berhenti bermimpi besar dan mulai berfokus kepada tujuan yang sederhana,” tambahnya.
Jika nasib buruk, kanker bisa saja kembali menghampiri dirinya. Tetapi Acerbi tak lagi merasakan takut dan sudah siap menghadapi apapun yang muncul di hadapannya.
“Saya sudah berhenti takut sejak enam tahun yang lalu. Saya berpikir, apa yang akan anda lakukan bila itu kembali? Saya akan menghadapinya, jawab saya. Saya melihat sesuatu di depan mata dengan lebih jelas dan saya tahu itu semua bisa berubah pada esok harinya,” tandasnya.
Kini, Acerbi menjelma menjadi salah satu bek yang patut diperhitungkan di Serie A. Ia menjadi tumpuan utama Lazio di sektor pertahanan dan belakangan mulai sering dipanggil untuk memperkuat Timnas Italia di level internasional.