oleh

Kopi Serbuk Brokoli Jadi Alternatif yang Jarang Makan Sayur

Kopi Serbuk Brokoli Jadi Alternatif yang Jarang Makan Sayur

Bulatin.com – Buah bit, kelapa, kunyit dan alga biru telah berhasil diubah menjadi zat tambahan pada kopi, tetapi sekarang lembaga riset ilmiah nasional Australia mengatakan waktunya untuk brokoli menjadi pusat perhatian.

Para peneliti di CSIRO berharap bentuk bubuk dari tanaman dengan nama latin Brassica oleracea ini ternyata tidak hanya akan berhasil membuka jalan untuk menjadi campuran pada minuman anda saja, tetapi juga berpotensi menjadi campuran pada berbagai macam makanan ringan dan menu makanan.

Dua dari 3 orang dewasa tidak mengkonsumsi cukup sayuran setiap hari, CSIRO berharap bentuk padat dari brokoli dapat membantu masyarakat memenuhi asupan sayuran yang dianjurkan.

Brokoli dikenal sebagai sayuran yang kaya kandungan gizi, dengan banyak kandungan serat, vitamin A, B1 dan B6, kalium, seng dan magnesium, dan lainnya.

“Dua sendok makan bubuk brokoli setara dengan satu porsi sayuran,” kata ilmuwan makanan CSIRO, Maryann Augustin.

“Kami membuat camilan dengan bubuk brokoli ini dan memberikannya kepada anak-anak – mereka menyukainya, dan orang tua mereka juga.”

Pada minuman kopi, bubuk brokoli dapat ditambahkan ke secangkir kopi hitam, sebelum ditambahkan krim susu, dan juga sedikit taburan brokoli diatasnya.

Gerbang untuk kesehatan yang lebih baik

Dengan resep yang membagi warga pada dua pendapat antara penasaran dan jijik, CSIRO berharap dapat mengatasi dua masalah besar.

“Bubuk ini dapat digunakan dengan mudah dan ditambahkan ke berbagai macam makanan konsumen,” kata Augustin.

“Ini memudahkan konsumen untuk memenuhi asupan sayuran dalam jumlah yang direkomendasikan.”

Laporan CSIRO dan Inovasi Hortikultura terbaru menemukan 51 persen orang dewasa tidak mengkonsumsi sayuran dalam jumlah yang cukup, sementara dua dari tiga anak juga tidak cukup mengkonsumsi sayuran.

Sayuran dalam bentuk bubuk memang bukan hal baru, dan sejumlah toko makanan kesehatan dan pengecer online juga telah menjual beragam kemasan “superfood”.

Proyek CSIRO yang secara khusus bertujuan untuk memberi nilai tambah yang menghasilkan bagi para petani ini akan dipaksa untuk ditelusuri ulang dari proses di pertanian.

Dan itu diproduksi di bawah kondisi yang ketat untuk memastikan janji-janji gizi ditegakkan dalam setiap produksi mereka.

Brokoli hanyalah awal dari proyek ini, tim peneliti CSIRO tengah meneliti serangkaian sayuran lainnya.

CEO Fresh Select dan petani John Said, yang telah memasok brokoli untuk beberapa proyek, mengatakan kepada ABC jika produksi brokoli di pertaniannya dapat ditingkatkan, maka itu dapat menciptakan kegunaan yang bernilai tinggi untuk hasil tanaman yang umumnya akan dikuburkan ke tanah.

“Tanaman kami tidak semuanya tumbuh dengan baik, jadi pasti ada hasil tanaman yang ditinggalkan usai panen.”

“Kami selalu berusaha memanen 80 hingga 85 persen dari hasil di kebun, sehingga meninggalkan antara 20 hingga 10 persen yang tersisa di lapangan.”

Hasil pertanian itu biasanya dibajak kembali ke lahan pertanian, sehingga mengubahnya menjadi bubuk akan menjadi nilai tambah bagi petani.

“Ini soal rasio 10 banding satu, 10 kilogram bahan baku membuat 1 kilogram produk.

“Itu akan bisa menghasilkan pasta brokoli yang fantastis.”