oleh

Mengenang Sosok Seorang Bambang Widodo Umar

Mengenang Sosok Seorang Bambang Widodo Umar

Bulatin.com – Bambang Widodo Umar tutup umur. Dosen Perguruan Tinggi Pengetahuan Ke polisian (PTIK) itu hembuskan napas paling akhir di Rumah Sakit Pertemanan, Jakarta Timur.

Sewaktu hidup Bambang termasuk juga salah satunya polisi, saat itu berpangkat Komisaris Besar (Kombes) yang menantang jenderal. Bambang dan 7 temannya bereaksi saat Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur ingin ganti Jenderal Surojo Bimantoro dengan Inspektur Jenderal Chaeruddin Ismail.

Tidak hanya itu, ada satu cerita heroik seorang perwira muda polisi akhiri drama pembajakan pesawat pertama di Indonesia. Perwira itu adalah Bambang. Momen berlangsung 5 April 1972, jauh sebelum Kopassus membebaskan sandera di pesawat Garuda di Woyla.

Waktu itu seorang desertir KKO TNI AL, Hermawan, bajak Pesawat Merpati dengan jurusan Surabaya- Jakarta. Bersenjatakan dua buah granat, ia memaksa Kapten Pilot Hindiarto Sugondo memutar balik pesawat dan datang di Bandara Adisutjipto, Yogyakarta.

Beberapa perwira reserse Kepolisian Yogyakarta melaju ke Bandara. Mereka di pimpin AKBP Suyono. Ikut serta dalam jip tua itu seorang Inspektur Polisi Tingkat II Bambang Widodo Umar. Perwira muda ini baru lima bulan lulus Akademi Kepolisian. Usianya baru 24 tahun.

“Waktu kami sampai, di Bandara telah ramai. Ada TNI AU berjaga di sekitar pesawat,” kata Bambang Widodo Umar saat terlibat perbincangan dengan merdeka.com minggu lalu.

Hermawan minta uang tebusan Rp 20 juta. Jumlahnya yang besar sekali di tahun 1972. Sampai sore hari, uang yang berada di Bank semua Yogya tidak sampai sekitar itu.

Sebab baru sekali ada pembajakan, otoritas berkesan bingung mengakhiri permasalahan itu. Waktu selalu bergulir tanpa kejelasan akan seperti apakah penyelesaian pembajakan pesawat type Vickers Viscount MZ-171 tersebut.

“Saya selalu lihat ke pesawat. Saya lihat, kaca pilot itu kok buka dan tutup selalu. Saya mengambil rangkuman, pilot coba memberikan sinyal. Jika kaca buka, pembajak berada di belakang. Jika kaca tutup, pembajak berada di kokpit,” jelas Bambang yang kini jadi pengamat kepolisian ini.

Bambang tidak diduga maju mendekat ke pesawat. Perasaan polisinya berkata ia mesti ambil tindakan. Bila kaca tutup, tanda-tanda ada pembajak, Bambang coba merunduk supaya tidak ketahuan.

“Jarak pada apron dan pesawat itu kurang lebih 200 mtr.. Saya maju pelan-pelan. Beberapa orang di bandara memerhatikan saya, Tetapi waktu itu saya betul-betul terlalu fokus pada pesawat itu,” tuturnya.

Sesudah dekat Bambang mencabut pistol revolver kepunyaannya. Ia minta tangga dan coba naik ke kokpit pesawat. Sayangnya, tangga itu kurang tinggi. Bambang tidak dapat lihat situasi dengan jelas, pandangannya terhambat.

“Saya bicara dengan pilot. Ia katakan jika tidak dapat menembak, berikan saja pistolnya pada saya (pilot). Saya dapat menembak. Pilotnya itu anggota TNI AU yang dikaryakan,” kata Bambang menirukan perkataan Kapten Pilot Hindiarto.

“Waktu itu saya refleks memberi pistol saya padanya. Saya takut pun jika ketahuan pembajak justru nanti pistolnya diambil, tetapi saat itu saya meyakini saya mesti memberi pistol itu.”

Tidak diduga Hermawan bicara, pembajak ini jengkel karena permintaannya tidak dipenuhi. Ia akan memutuskan untuk meledakkan pesawat dan semua penumpangnya. Situasi tegang, kebanyakan orang di bandara meredam napas meyaksikan beberapa detik menegangkan itu.

Tidak diduga terdengar tembakan pistol 3x. ‘Dor..dor..dor! Pilot Hindiarto berhasil menembak mati Hermawan.

Drama pembajakan selesai. Kapten Pilot Hindiarto kembalikan pistol punya Bambang sekalian memeluk dan mengatakan terima kasih.

Inspektur Bambang dipuji Presiden Soeharto. Untuk kali pertamanya perwira muda itu terbang naik pesawat. Di Jakarta, Soeharto dengan pribadi memberi selamat untuk Bambang.

Sayangnya Bambang gagal naik pangkat mengagumkan. Ia di panggil ke Mabes Polri dan ditanyai beberapa macam, mereka memandang tindakan Bambang memberi pistol pada pilot begitu beresiko. Inspektur Bambang juga beradu alasan, Mabes Polri pada akhirnya dapat terima keterangan perwira muda berani ini.

Selamat jalan Prof Bambang. Mudah-mudahan tenang di Bagian Yang Maha Kuasa.