oleh

Nasib Kapal Feri Suramadu Yang Terombang-ambing

Nasib Kapal Feri Suramadu Yang Terombang-ambing

Bulatin.com Operator penyeberangan Pelabuhan Ujung Surabaya-Ujung Kamal, Madura, Jawa Timur, alami kerugian miliaran rupiah per tahun sesudah dioperasikannya Jembatan Surabaya-Madura atau Suramadu pada 2009 yang lalu. Sesudah Suramadu digratiskan oleh Presiden Joko Widodo pada Sabtu, 27 Oktober 2018 lantas, semakin ‘terapung-apunglah’ nasib kapal penyeberangan itu.

Sekarang ini, tersisa tiga kapal feri yang melayani penumpang untuk melintas dari Pelabuhan Ujung di Kota Surabaya ke arah Pelabuhan Kamal di Bangkalan, Madura, atau demikian sebaliknya. Dua kapal punya PT ASDP Indonesia Ferry serta satu kapal punya PT Dharma Lautan Utama atau DLU.

Tidak seperti dulu sebelumnya ada Jembatan Suramadu, tiga kapal itu tidak beroperasi 24 jam non-setop, akan tetapi sekarang dibatasi waktu.

“Beroperasi dari jam 05.30 sampai 21.00,” kata Ketua Umum Kombinasi Entrepreneur Nasional Angkutan Sungai, Danau serta Penyeberangan atau Gapasdap, Khoiri Soetomo, di Surabaya, Jawa Timur, Minggu malam, 28 Oktober 2018.

Semenjak Jembatan Suramadu beroperasi, lanjut dia, jumlahnya penumpang berkurang tajam. Sebelumnya ada Suramadu, jumlahnya penumpang sehari-hari sekira 15 ribu orang. Saat ini cuma seputar seribuan penumpang /hari.

“Kami masih melayani masyarakat Bangkalan barat (pergi ke Surabaya) yang itu begitu kesusahan jika lewat Suramadu,” tuturnya.

Sebab penumpang sepi, jelas Khoiri, tentunya operator tidak untung. Kerugian itu terpenting berkaitan cost perawatan kapal serta biaya pemakaian pelabuhan, seperti cost overhead. Bila dihitung, dalam satu tahun operator alami kerugian sekira Rp1 miliar per kapal.

“Jika tiga kapal, berarti rugi Rp3 miliar lebih,” katanya.

Walau tidak untung, operator kapal penyeberangan tidak dapat langsung berhenti operasi. Karena, service penyeberangan Ujung-Kamal ikut berperan menjadi penyangga saat terjadi perihal tidak diinginkan pada Jembatan Suramadu. Contohnya cuaca jelek hingga beresiko jika dilalui kendaraan.

“Kami ikut miliki manfaat menjadi back-up bilamana Suramadu perlu perawatan sebab perihal tehnis, contohnya terjadi kerenggangan pada sambungan-sambungan jembatan, atau jika ada masalah, contohnya sempat terjadi di Magelang, truk alami bencana serta itu dapat meruntuhkan jembatan, atau ada masalah alam seperti gempa atau angin kencang,” tutur Khoiri.

Manfaat ke-3 kapal feri di Ujung-Kamal adalah untuk pariwisata. “Karenanya kami begitu mengharap agar feri yang ada di Ujung-Kamal itu supaya bisa diberikan subsidi supaya kami masih tetap dapat melayani beberapa pemakai layanan, serta setiap saat, jika ada masalah pada Jembatan Suramadu, kapal feri masih tetap dapat menolong,” kata Khoiri.

Presiden Joko Widodo sendiri mengakui sadar akan efek pembebasan tarif Suramadu pada kapal penyeberangan Ujung-Kamal. Ia menyerahkan itu pada Gubernur Jawa Timur Soekarwo untuk menemukan jalan keluarnya.

“Masalah itu agar diurus Gubernur Jawa Timur Pakde Karwo,” tuturnya waktu resmikan pembebasan tarif Jembatan Suramadu, Sabtu, 27 Oktober 2018.