oleh

Belasan Kasus Bunuh Diri Terjadi Di Gunungkidul

Belasan Kasus Bunuh Diri Terjadi Di Gunungkidul

Bulatin.com – Gunungkidul jadi salah satu daerah dengan angka bunuh diri yang cukup tinggi. Terakhir, masalah bunuh diri terjadi di Dusun Karanglor, Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo pada Senin (9/7). Seorang warga bernama Partorejo (80) diketemukan gantung diri di kamar mandi. Disangka korban bunuh diri karena menanggung derita sakit yang tidak kunjung pulih.

Kasubag Humas Polres Gunungkidul, Iptu Ngadino menjelaskan sampai awal Juli 2018 terdaftar ada 15 masalah bunuh diri di wilayahnya. Latar belakan g masalah bunuh diri bermacam. Namun seringkali karena depresi disebabkan sakit yang tidak kunjung pulih.

” Sampai awal Juli 2018 ada 15 kasus. 2017 ada 30 kasus. 2016 ada 30 kasus dan tahun 2015 ada 31 kasus bunuh diri, ” tutur Ngadino.

Polisi sudah lakukan beberapa langkah untuk mendesak angka kasus bunuh diri di Gunungkidul. Diantaranya dengan lakukan koordinasi dengan tokoh orang-orang dan tokoh agama. Terkecuali itu , lanjut Ngadino pihaknya juga mengutamakan jika pengawasan dari pihak keluarga mempunyai peranan terpenting untuk menahan terjadinya masalah bunuh diri.
Yayasan Inti Mata Jiwa (Imaji) salah satunya organisasi yang konsentrasi pada kesehatan jiwa lakukan beberapa gerakan untuk mendesak tingginya angka masalah bunuh diri di Gunungkidul. Ketua Imaji, Joko Yanu Widiasta mengatakan masyarakat dan pemerintah mempunyai terlibat besar dalam mendesak angka bunuh diri.
Joko menguraikan masalah bunuh diri mesti dipahami menjadi peristiwa kemanusiaan yang berkaitan erat dengan keadaan kesehatan jiwa orang-orang. Imaji, kata Joko juga orang-orang dan pemerintah jadi sisi melawan stigma permasalahan bunuh diri dan kesehatan jiwa.

” Mari bergerak tolong sesama dengan cara Lihat (peduli situ asi lingkungan terdekat), Dengar (perduli dengarkan dan berempati pada permasalahan yang dihadapi), dan Sambungkan (menyambungkan pada unit layanan kesehatan terdekat, layanan sosial atau keagamaan terdekat, dan service pertolongan kemanusiaan yang lain yang ada), ” urai Joko.

Sedan gkan untuk pemerintah, Joko melalu i Imaji mendorong Pemerintah Kabupaten Gunungkidul, untuk memberi perlindungan pada masyarakat dengan memahami peristiwa bunuh diri menjadi isu permasalahan kesehatan jiwa masyarakat dalam cara pandan g atau kebijakan organisasi.

” Mari jadi lembaga melawan stigma (pandangan dan cap buruk) permasalahan bunuh diri dan kesehatan jiwa. Mari naikkan penjangkauan dan kemampuan layanan kesehatan jiwa sampai dengan tingkat UPTD Puskesmas, RS atau Klini k atau BP Swasta di semua lokasi Kabupaten Gunungkidul, ” tutur Joko.

Joko menilainya lemahnya ketahanan jiwa masyarakat Gunungkidul sehingga masalah bunuh diri masih tinggi. Beragam persoalan yang dihadapi masyarakat waktu kini menyebabkan rentannya ketahanan jiwa. Beberapa persoalan mencakup depresi disebabkan sakit tidak kunjung pulih, perekonomian yang berkaitan termasuk lemah, serta kemungkinan konflik batin dan permasalahan internal keluarga.

” Ketahanan jiwanya ini yang perlu ditingkatkan. Banyak orang tidak bisa mengolah emosi dengan baik, ” tutup Joko.