oleh

Gubernur Yogyakarta Menggelar Dhahar Kembul untuk Menyambut Hari Kemerdekaan

Gubernur Yogyakarta Menggelar Dhahar Kembul untuk Menyambut Hari Kemerdekaan

Bulatin.com – Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X bersama dengan istri, GKR Hemas, Wakil Gubernur DIY Sri Paku Alam X, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, bekas Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD dan kepala daerah tingkat dua di Yogyakarta dengan beberapa ribu penduduk Yogyakarta melakukan ” dhahar kembul “. Acara itu diselenggarakan dengan beberapa ratus tumpeng di selama lesehan lokasi Malioboro, Yogyakarta, Selasa malam 7 Agustus 2018.

Widihasto Wasana Putra, koordinator pekerjaan ” dhahar kembul ” menyampaikan, pekerjaan yang menyertakan penduduk dalam serangkaian Bulan Pancasila 2018 itu, sekaligus juga memperingati HUT Kemerdekaan ke-73 RI. Acara itu menyengaja menyediakan nasi tumpeng yang datang dari penduduk yang dengan suka-rela menyumbang untuk disantap bersamanya.

” Tumpeng-tumpeng itu adalah sumbangan dari masyarakat serta beberapa bagian penduduk yang berada di kota ini, ” tuturnya.

Menurut Hasto, “dhahar kembul” menyediakan beberapa ratus nasi tumpeng yang datang dari sumbangan beberapa susunan penduduk. Sumbangan ini adalah bentuk implementasi nilai kegotongroyongan penduduk Yogyakarta.

Tumpeng diambil karena memvisualisasikan simbolisasi dari filosofi mulia budaya Jawa, yaitu ‘Manunggaling Kawula lan Gusti’. Ngarsa Dalam serta deretan Komunitas Komunikasi Pimpinan Daerah DIY dan Forkominda Kabupaten Kota duduk lesehan di Malioboro bersama dengan rakyat.

Kebersamaan pada pimpinan serta rakyat, adalah bentuk riil ‘Golong Gilig Saiyeg Saeko Kapti’, pada pimpinan serta penduduk. Lewat pekerjaan ini diinginkan pemimpin lebih bisa dengar serta wujudkan amanat hati nurani rakyat.

Pelaksanaan acara “dhahar kembul” menyengaja diambil, karena bertepatan dengan hari Selasa Wage 7 Agustus 2018, dimana di hari itu saat sehari penuh kegiatan perdagangan kaki lima di selama Malioboro libur.

Rehatnya kegiatan perdagangan ini, lanjut Hasto, dimaknai menjadi momentum keseimbangan supaya atmosfer Malioboro tidak terus-terusan dipenuhi kegiatan perniagaan melain kan juga butuh disamakan dengan ekspresi serta artikulasi yang dimuati nilai-nilai kebudayaan.

Dalam pertemuan sosialisasi pekerjaan serta pengaturan lintas bagian di aula Dinas Pariwisata DIY, beberapa puluh perwakilan instansi serta komunitas dari beberapa bagian dan paguyuban pedagang Malioboro mengatakan kesiapannya bergotong royong menyukseskan acara “dhahar kembul”.

“Dhahar kembul” dengan diawali defile marching band dari parkir Abu Bakar Ali pada jam 18. 00 WIB, lalu disusul pentas kesenian di panggung utama. Lalu diteruskan dengan sambutan Sri Sultan Hamengku Buwono X, doa bersama dengan lantas ditutup “dhahar kembul” bersama dengan penduduk di selama Malioboro.

Setelah itu tumpeng akan didistribusikan panitia ke 17 titik, semasing titik akan dilayani oleh grup relawan. Yaitu depan Hotel Garuda (Komune Wisata Kampung Sosrowijayan Wetan), Dinas Pariwisata DIY (ISKA serta WKRI DIY), DPRD DIY, serta Malioboro Mall (lKKJ).

Lalu Hotel Mutiara (Bergada Banguntopo), gerbang Kepatihan (Wanita Berkebaya), panggung utama (Sekber Kelebihan DIY), simpang empat Jelas Bulan (XT Square serta Paksikaton Kota), Mc Mohan serta Ramai (Jogoboyo), Ramayana (Pusaka Nusantara).

Selain itu, Gunung Mas (Karang Taruna DIY), Pasar Beringharjo (Paksikaton Bantul, Mirota Batik (Kwarda Pergerakan Pramuka DIY), Ngejaman (Bergodo Kyai Ronggah serta Gemayomi), Gedung Agung serta Titik 0 (Informasi Cegatan Jogja). Dengan pekerjaan ini, diinginkan beberapa pimpinan dapat menyatu dengan rakyat.