oleh

Kisah Anak Amikom Yang Meninggal SaatIkuti Kegiatan Mapala

Kisah Anak Amikom Yang Meninggal SaatIkuti Kegiatan Mapala

Bulatin.com – Dwi Aprilianda (18) mahasiswa semester 1 Jurusan D3 Teknik Informatika Universitas Amikom Yogyakarta meninggal dunia ketika mengikuti pekerjaan mahasiswa pecinta alam (Mapala). Dwi meninggal saat berkegiatan di Jembatan Babarsari, Depok, Sleman, Rabu (31/1) lalu.
Ayah Dwi, Sabilan Riyanto menyatakan sudah merelakan kepergian putra kedunya ini. Sabilan mengucapkan meninggalnya Dwi ketika ikut kegiatan Mapala adalahjalan takdir yang musti dilalui.
“Awalnya kaget dan tak percaya. Tetapi kesudahannya ikhlas,” ujar Sabilan saat didatangi di lokasi rumah duka yang sedang di Jalan Flamboyan, Sambilegi Kidul, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Kamis (1/2) malam.
Sabilan menjelaskan saat masih hidup, Dwi tidak mempunyai riwayat sakit. Kalau juga sakit, hanyalah flu atau pusing kepala saja. Di mata Sabilan, Dwi adalahseorang anak yang memiliki jasmani yang kuat.
“Anak saya memang senang naik gunung. Sejak SMP sampai SMA, anak saya sering kali naik gunung. Cita-citanya itu hendak menjadi tentara sampai-sampai dia memang suka kegiatan-kegiatan jasmani untuk latihan. Saya pun menyokong dan tidak pernah merasa cemas,” kenang Sabilan.
Sabilan mengucapkan kabar duka pertama kali diketahuinya dari sang istri. Dia memahami Dwi masuk rumah sakit usai dikabari dari istrinya.
“Saya waktu tersebut mau jemput anak saya yang ketiga (adik Dwi). Terus saya mendapat istri. Disuruh ke RS Hermina. Anak saya masuk rumah sakit katanya. Sakit angin duduk gitu bilangnya,” kisah Sabilan.
Usai ditelfon tersebut, Sabilan juga segera ke RS Hermina guna melihat situasi Dwi. Sayang ketika tiba di RS Hermina, Sabilan melulu menemui jenazah Dwi dan tak sempat berkomunikasi dengannya.
“Saya datang pada jam 4 sore. Anak saya saat itu sudah ditetapkan meninggal dunia. Saya enggak sempat ketemu anak saya sebelum meninggal,” urai Sabilan.
Sabilan menuturkan saat menyaksikan jenazah Dwi terbaring kaku dirinya sempat mengecek situasi tubuh anaknya. Saat dicek, Sabilan tak mendapat ada bekas luka di tubuh Dwi.
“Saya telah ikhlas. Tadi pihak kampus pun ada yang ke sini. Barang kepunyaan anak saya telah dikembalikan. Di antaranya tas dan perangkat lainnya. Yang belum kembali isi kantong dan matrasnya saja,” tukas Sabilan.