oleh

Taman Nasional Bali Barat Beri Rambu Rawan Rusa Melintas

Taman Nasional Bali Barat Beri Rambu Rawan Rusa Melintas

Bulatin.com – Jalan Nasional yang ada di sekitaran lokasi Taman Nasional Bali Barat (TNBB), Cekik, Gilimanuk adalah daerah riskan lintasan satwa liar. Jalan itu sering jadi trek satwa, hingga pemakai jalan diinginkan kehati-hatiannya serta kewaspadaannya.
Terkecuali keadaan fisik jalan yang rusak, jalan ini sering dilintasi satwa-satwa liar di TNBB. Untuk mengingatkan untuk beberapa pemakai jalan, pihak Balai TNBB menempatkan 10 plang imbauan lokasi rawan lintasan satwa manfaat menghadapi ada kecelakaan antar pemakai jalan dengan satwa.
” Tahun lantas ada Rusa (Menjangan) yang mati ketabrak mobil. Kecelakaan begini memanglah jadi salah satu aspek satwa-satwa liar di TNBB mati tiap-tiap tahunnya, ” ungkap Kasubbag TU Balai TNBB, Wiryawan saat di konfirmasi Jumat (23/2).
Berdasar pada data lanjut Wiryawan, Rusa (Cervus timorensis) yang mati pada tahun 2017 lantas mencapai 3 ekor. Salah satunya mati karena tertabrak mobil serta pernah dirawat tetapi akhirnya tidak terselamatkan.
Satu Rusa yang lain yang masih anakan diketemukan dalam kondisi lemas disangka karena dehidrasi atau dampak cuaca panas sampai akhirnya mati. Satu ekor bekasnya lagi diketemukan dalam alami luka atau infeksi di bagian kaki lalu dirawat di kandang karantina sampai akhirnya tidak dapat diselamatkan lagi.
Oleh karenanya, pihaknya pada tahun 2017 lantas sudah mengusahakan langkah antisipasi manfaat meminimalkan matinya satwa-satwa ini terlebih yang mati tertabrak di jalan.
Paling tidak, 10 plang imbauan sudah disebar di titik-titik mungkin riskan lintasan satwa yang umumnya ada di jalur Sumberejo-Teluk Terima, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng serta di jalur Cekik-Klatakan di Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana
Terkecuali plang imbauan rawan lintasan satwa liar, pihaknya juga menebar plang imbauan atau larangan buang sampah di lokasi TNBB.
Terkecuali karena tertabrak kendaraan di jalan, sakit sampai cuaca berlebihan, penyebabnya matinya satwa-satwa dilindungi di TNBB juga karena oleh predator atau rantai makanan, kalah persaingan perebutan dengan satwa yang lain (mekanisme alam) sampai perburuan.
Seperti pada Januari 2017 lantas, pihaknya pernah hentikan tindakan perburuan dengan tanda bukti 4 ekor Kijang (Muntiacus Muntjak). Meski begitu, pihaknya menyatakan populasi satwa-satwa liar seperti Kijang, Menjangan ataupun Curik Bali (Leucopsar rothschildi) di TNBB masih terbangun.
Berdasar pada inventarisir serta pertemuan di lapangan, jumlah populasi Kijang di TNBB diprediksikan menjangkau 672 ekor. Sesaat untuk Mejangan di ketahui populasinya di angka 1. 200 ekor.
Sedang, untuk satwa sebagai maskot Kabupaten Jembrana yaitu Curik Bali sekarang ini di ketahui jumlahnya menjangkau 109 ekor di habitat aslinya serta 313 ekor bekasnya ada di Unit Pengelolaan Spesial Pembinaan Jalak Bali (UPKPJB) di Banjar Tegal Bunder, Desa Sumberklampok, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng.
” Meskipun kecelakaan karena satwa melintas di TNBB jarang terjadi, tapi tetaplah kami antisipasi dengan plang himbauan. Jangan sampai Rusa tabrakan sama pemotor, Rusanya lari, pemotornya jadi jatuh dengan kata lain tabrak lari, ” tandas Wiryawan.